Wednesday, October 15, 2014

HIPERMETROPI ( RABUN DEKAT )

     Pengertian
Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetrop terjadi apabila berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina.

2.       Etiologi
1.       Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek
2.      Biasanya terjadi karena Mikropthalmia, renitis sentralis, arau ablasio retina(lapisan retina lepas lari ke depan sehingga titik fokus cahaya tidak tepat dibiaskan).
3.      Daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah
4.      Terjadi gangguan-gangguan refraksi pada kornea, aqueus humor, lensa dan vitreus humor. Gangguan yang dapat menyebabkan hipermetropi adalah perubahan pada komposisi kornea dan lensa sehingga kekuatan refraksi menurun dan perubahan pada komposisi aqueus humor dan viterus humor. Misal pada penderita Diabetes Melitus terjadi hipermetopi jika kadar gula darah di bawah normal.
5.      Kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat
6.      Kelengkungan kornea ataupun lensa  berkkurang sehingga bayangan difokuskn di belakang  retina.
7.      Perubahan posisi lensa
8.      Dalam hal ini, posisi lensa menjadi lebih posterior.

3.      Manifestasi Klinik
1.      Penglihatan tidak nyaman (asthenopia)
2.      Terjadi ketika harus fokus pada suatu jarak tertentu untuk waktu yang lama.
3.      Akomodasi akan lebih cepat lelah terpaku pada suatu level tertentu dari ketegangan.
4.      Bila 3 dioptri atau lebih, atau pada usia tua, pasien mengeluh penglihatan jauh kabur.
5.      Penglihatan dekat lebih cepat buram, akan lebih terasa lagi pada keadaan kelelahan, atau penerangan yang kurang.
6.      Sakit kepala biasanya pada daerah frontal dan dipacu oleh kegiatan melihat dekat jangka panjang. Jarang terjadi pada pagi hari, cenderung terjadi setelah siang hari dan bisa membaik spontan kegiatan melihat dekat dihentikan.
7.      Eyestrain
8.      Sensitive terhadap cahaya
9.      Spasme akomodasi, yaitu terjadinya cramp m. ciliaris diikuti penglihatan buram intermiten

4.      Patofisiologi
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga penglihatan dekat jadi terganggu.

5.       Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis hipermetropi adalah ophtalmoscope.

6.      Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya melakukan akomodasi. Glaukoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.

7.      Klasifikasi
1.      Hipermetropia manifest
2.      Hipermetropia Absolut
3.      Hipermetropia Fakultatif
4.      Hipermetropia Laten
5.      Hipermetropia Total

Klasifikasi berdasar berat ringan gangguan
1.      Hipermetropia ringan: gangguan refraksi dibawah +2D
2.      Hipermetropia sedang: gangguan refraksinya +2.25- +5 D
3.      Hipermetropia berat: gangguan refraksinya diatas 5D

8.      Penatalaksanaan
1.      Koreksi Optikal
2.      Terapi Penglihatan
3.      Terapi Medis
4.      Merubah Kebiasaan Pasien
5.      Bedah Refraksi

9.      Pencegahan
1.      Duduk dengan posisi tegak ketika menulis.
2.      Istirahatkan mata setiap 30-60 menit setelahmenonton TV, komputer atau setelah membaca.
3.      Aturlah jarak baca yang tepat (> 30 cm).
4.      Gunakan penerangan yang cukup
5.      Jangan membaca dengan posisi tidur.









No comments:

Post a Comment