KATA PENGANTAR
Bismillahrrohmanirrohiim
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaiakan makalah ini.
Makalah ini kami buat sebagai sarana edukasi, pembeljaran bagi mahasiswa.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat, bagi yang
membacanya terutama bagi para perawat. Kami
menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Samata, 25 November 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 1
Daftar isi 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. pengertian transkultural nursing
dan penyakit kronik 4
B. konsep dalam transkultural nursing 4
C. Proses keperawatan Transcultural
Nursing 6
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
era globalisasi, pengetahuan tentang keperawatan sangat penting. Bertambahnya
beberapa penyakit yang memerlukan pengobatan dan terapi tertentu yang juga meliputi
pemberian asuhan keperawatan bagi seluruh manusia untuk memenuhi kebutuhan
fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual baik klien maupun keluarga.
Ketika menggunakan pendekatan ini, perawat memerlukan pengetahuan dan
ketrampilan dalam hubungan interpersonal, psikologi, pertumbuhan, dan
perkembangan manusia,komunikasi dan sosiologi, juga pengetahuan tentang
ilmu-ilmu dasar dan ketrampilan keperawatan tertentu. Perawat adalah pemberi
jalan dalam menyelesaikan masalah dan juga sebagai pembuat keputusan.
Aplikasi
transkultural di harapkan dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan
diantaranya penyakit kronik yang sangat berbahaya dan mematikan.
Keperawatan
sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat, serta akan berubah seirama
dengan berubahnya masyarakat itu sendiri. Masyarakat terus-menerus berkembang
dan mengalami perubahan. Era kesejagatan hendaknya oleh perawat dipersiapkan
secara benar dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek keadaan atau peristiwa yang
terjadi atau sedang dan yang akan berlangsung dalam era tersebut.
B. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dari
transkultural dan penyakit kronik
2.
Mampu
memahami konsep dalam transkultural nursing
3.
Mampu
memahami proses dalam transkultural nursing
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Transcultural Nursing dan Penyakit Kronik
Transcultural
Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dankesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakanuntuk
memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budayakepada
manusia (Leininger, 2002).
Penyakit kronik adalah suatu
penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai
bertahun-tahun,bertambah berat,menetap,dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Penyakit kronis bisa
menyebabkan kematian. Contoh penyakit kronis adalah diabetes militus, TBC,
kanker dan penyakit jantung
B. Konsep
dalam Transcultural Nursing
1. Budaya
adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yangdipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak danmengambil keputusan.
2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang
lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu
tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan
bentuk yangoptimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada
kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan
tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang
danindividu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu
yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya
yang dimilikioleh orang lain.
5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau
kelompok budaya yangdigolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan
padamendiskreditkan asal muasal manusia
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan
metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk
mengembangkankesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskandasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan
salingmemberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan,
bantuan,dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadianuntuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk
meningkatkankondisi dan kualitas kehidupan manusia.
9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk
membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada
keadaanyang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupanmanusia.
10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukungatau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidupdalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatanuntuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang
lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi
daripadakelompok lain.
C.
Proses keperawatan Transcultural Nursing
Model
konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskanasuhan keperawatan
dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahariterbit (Sunrise Model)
seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)menyatakan bahwa proses
keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagailandasan berfikir dan memberikan
solusi terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian
adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasimasalah kesehatan klien
sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger andDavidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise
Model" yaitu :
a.
Faktor
teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan
individu untuk memilih ataumendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanankesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuankesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
kliententang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
b.
Faktor
agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang
mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas
segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klienterhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan.
c. Faktor sosial dan keterikatan
keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji
faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir,
jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga,
danhubungan klien dengan kepala keluarga.
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup
(cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu
yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang dianggap baik atau
buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada
faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga,
bahasa yangdigunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisisakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaanmembersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang
berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit
yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu,
cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
f. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya
agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaanklien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari
kantor atau patungan antar anggota keluarga.
g. Faktor pendidikan (educational
factors)
Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalammenempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat
ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibuktiilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasiterhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal
yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiritentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapat
dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger andDavidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosakeperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan
kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan
dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang di yakini.
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan
dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalahsuatu proses keperawatan
yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalahsuatu proses memilih strategi
yang tepat dan pelaksanaan adalahmelaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar
belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang
ditawarkan dalamkeperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak
bertentangan dengankesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien
kurangmenguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yangdimiliki
klien bertentangan dengan kesehatan.
a.
Cultural care preservation/maintenance
1)
Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses
melahirkan dan perawatan bayi
2)
Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien3)
Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural care accomodation/negotiation
1) Gunakan
bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2)
Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3)
Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana budayanya
yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger
and Davidhizar, 1995).
c. Cultual care repartening/reconstruction
1)
Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yangdiberikan dan
melaksanakannya
2)
Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budayakelompok
3)
Gunakan pihak ketiga bila perlu
4)
Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatanyang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua
5)
Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan klien harus
mencoba untuk memahami budaya masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu
proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan
memperkaya budaya budaya mereka.Bila perawat tidak memahami budaya klien maka
akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari
efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik
Budaya-budaya
masyarakat :
*Contoh
pada masyarakat Selayar yang mempercayai dan melarang anak-anak remaja duduk
sambil merangkul paha dan lututnya, alasannya karena bisa terkena penyakit TBC,
padahal sebetulnya itu adalah karena faktor sopan santun. Sangatlah tidak sopan
ketika kita duduk dengan posisi seperti itu.
*Contoh
lainnya yaitu pada masyarakat Sidrap, yaitu kita tidak boleh baring ataupun
tidur tengkurap. Menurut orang terdahulu, katanya dapat menyebabkan bagian dada
menjadi besar. Sehingga akan berakibat fatal untuk kelangsungan buah hati
kelak. Padahal dalam istilah medis, itu sebenarnya berpengaruh pada sistem
pernapasan, dan dapat menyebabkan kanker payudara.
*Dan
contoh yang paling sering kita temukan yaitu pada sebagian besar masyarakat di
daerah terpencil, yaitu apabila ketika dia telah di vonis menderita penyakit
kronik, maka mereka tidak lagi ingin pergi ke dokter, tapi malah
berbondong-bondong ke dukun. Namun, apabila mereka sudah percaya bahwa kalaupun
merekea berangkat ke dukun, namun tidak akan mendapatkan hasil, jadi mereka
lebih memilih mendiamkan penyakit tersebut sampai akhir hayatnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan
dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitusaja
dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budayaklien
sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.Evaluasi
asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan
dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural
B. Saran
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan karna kami
sebagai mahasiswa dan sebagai manusia biasa tidak akan pernah luput dari
kesalahan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan.
No comments:
Post a Comment